KOPERTAIS14 MATARAM – Dalam rangka penguatan akademik dan kelembagaan khusus Penelitian, Pengabdian dan OJS Jurnal PTKIS, Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (KOPERTAIS) Wilaya XIV Mataram, mengundang Gugun Gumelar, MA, Ph.D sebagai pembicara.
Melalui penguatan tradisi riset dan pengabdian, kualitas proses pembelajaran, luaran ilmiah, dan reputasi akademik diharapkan meningkat sehingga daya saing PTKIS di tingkat regional dan nasional semakin kuat.
Sekretaris Kopertais XIV dalam laporannya menyampaikan bahwa peserta dalam kegiatan tersebut diikuti oleh 25 PTKIS dari unsur pimpinan dan oengelola jurnal.

Rektor UIN Mataram sekaligus Koordinator Kopertais XIV Mataram Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. menyampaikan terimakasih kepada staff khusus Menteri agama RI atas kehadirannya di UIN Mataram dan menyampaikan perhatiannya yang sama terhadap UIN dan PTKIS.
H. Gugun Gumilar, S.Pd., M.A., Ph.D. sebagai Keynote Speaker menjelaskan apresiasi atas kegiatan tersebut dan menyampaikan tips-tips menulis dan mengelola artikel.

Gugun menegaskan bahwa perubahan besar dalam kehidupan berbangsa selalu berawal dari dunia pendidikan dan transformasi cara berpikir. Pendidikan, menurutnya, akan mengubah pola pikir sekaligus menentukan arah masa depan suatu bangsa.
Ia juga menekankan bahwa pendidikan, kedisiplinan, keterampilan, dan etos kerja yang tinggi merupakan fondasi utama dalam menyiapkan generasi pemimpin di masa mendatang. Pendidikan dipandang sebagai kunci untuk meraih masa depan, karena tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan. Kerja keras, disiplin, dan kebiasaan gemar membaca menjadi modal penting untuk melahirkan pemimpin yang mampu bersaing di tingkat global.
Selain itu Gugun juga menegaskan Kualitas penulisan ilmiah bukan saja menentukan mudah tidaknya sebuah karya dipahami, tetapi juga berpengaruh pada tingkat penerimaan dan pengakuannya di komunitas akademik internasional.
Penulisan ilmiah merupakan sebuah proses, semakin sering seseorang berlatih menulis, semakin terampil ia menyusun gagasan secara runtut, tajam, dan sesuai kaidah akademik. Kemahiran menulis tidak muncul secara tiba tiba, melainkan dibentuk melalui latihan yang konsisten, sebagaimana kegiatan riset yang membutuhkan kebiasaan dan ketekunan.
Gugun menambahkan bahwa kemampuan menulis lahir dari proses pembiasaan yang berkelanjutan. Baik bagi peneliti pemula maupun yang telah berpengalaman, menjaga ritme menulis sangat penting agar tetap kritis, peka, dan mampu menuangkan ide secara sistematis.